Saham perbankan raksasa terpantau cerah pada perdagangan sesi I Kamis (13/4/2023), meski ada kabar kurang menggembirakan di mana perekonomian global diperkirakan kembali melambat.
Berikut pergerakan bank big cap pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.270 | 1,20% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.980 | 1,01% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.400 | 0,53% |
Bank Mandiri | BMRI | 5.175 | 0,49% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.925 | 0,28%
|
Hingga pukul 09:43 WIB, saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) memimpin penguatan saham bank raksasa pada pagi hari ini, di mana saham BBTN melonjak 1,2% ke posisi harga Rp 1.270/unit.
Sementara itu terakhir, ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang menguat 0,28% menjadi Rp 8.925/unit.
Saham perbankan raksasa RI terpantau cerah meski ada potensi bahwa sektor perbankan global memiliki kerentanan karena dampak dari kenaikan suku bunga.
Hal ini diutarakan oleh Kepala Ekonom Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Pierre-Olivier Gourinchas.
Ditegaskannya, hal ini menghadirkan risiko yang signifikan terhadap pertumbuhan global.
“Kami prihatin dengan apa yang telah kami lihat di sektor perbankan, khususnya di Amerika Serikat (AS) tetapi mungkin juga di negara lain, yang mungkin berdampak pada pertumbuhan pada tahun 2023,” kata Gourinchas mengutip CNBC International, Rabu (12/4/2023).
Kenaikan bank sentral telah meningkatkan biaya pendanaan bagi bank. Sementara pemberi pinjaman juga melihat beberapa kerugian aset seperti obligasi jangka panjang.
Dalam satu skenario, IMF melihat kondisi pendanaan untuk bank semakin ketat dan menekan pinjaman. Sehingga perkiraan pertumbuhan global 2,8% pada tahun 2023 turun menjadi 2,5%.
Namun, pemerintah Indonesia dan beberapa pengamat sebelumnya menilai bahwa sektor perbankan di Indonesia masih mampu bertahan di tengah gempuran krisis perbankan yang terjadi di AS beberapa pekan lalu.
Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti masih tingginya permodalan perbankan RI, menurunnya utang luar negeri perbankan, dan kegiatan pasar finansial yang prudent.
Selain itu, eksposur perbankan RI pada aset spekulatif seperti cryptocurrency dan startup termasuk minim, tidak seperti di AS yang terbilang cukup besar.
Sementara itu kepemilikan surat berharga pemerintah RI oleh perbankan relatif terdiversifikasi dengan surat berharga berbagai tenor. Kemudian, fluktuasi imbal hasil surat berharga pemerintah RI relatif minim.
Meski begitu, tantangan krisis perbankan global yang terjadi beberapa pekan lalu juga perlu menjadi perhatian. Apalagi dengan adanya krisis tersebut, perekonomian global terutama di AS berpotensi melambat bahkan bisa berimbas ke resesi.