Tata Cara dan Niat Shalat Gerhana Matahari

A partial solar eclipse rises over the Baltimore skyline, Thursday, June 10, 2021, seen from Arbutus, Md. (AP Photo/Julio Cortez)

Gerhana matahari dan bulan merupakan fenomena astronomi yang terjadi apabila sebuah benda di angkasa bergerak ke dalam bayangan sebuah benda angkasa lain. Dalam Islam, fenomena ini merupakan salah satu tanda kebesaran Allah SWT.

Saat terjadi gerhana, umat Islam dianjurkan untuk melakukan shalat sunnah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ

Artinya: “Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan), maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat.” (HR Bukhari).

Untuk itu, alangkah baiknya bila amalan ini dikerjakan sesuai dengan tata cara salat gerhana Matahari dan Bulan. Pengerjaan keduanya tidak jauh berbeda, hanya dibedakan dengan bacaan niatnya saja.

Tata Cara Salat Gerhana Matahari dan Bulan

Menurut Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi dalam Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, salat gerhana lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Sebab, salat ini juga diawali dengan panggilan, “Asshalatu jami’ah (mari sholat berjamaah),” dari imam meski tidak menjadi syarat.

1. Niat

Salat gerhana dilaksanakan sebanyak dua rakaat. Bacaan niat yang dilafalkan di antaranya:

  • Niat Salat Gerhana Bulan

أُصَلِّي سُنَّةَ الخُسُوفِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامً/مَأمُومًا لله تَعَالَى

Bacaan latin: Ushallî sunnatal khusûf rak’ataini imâman/makmûman lillâhi ta’âlâ

Artinya: “Saya niat salat sunah gerhana Bulan dua rakaat sebagai imam/makmum karena Allah SWT.”

  • Niat Salat Gerhana Matahari

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Ushalli sunnatan-likhusuufi-syamsi imaaman/makmuman lillali ta’ala

Artinya: “Saya niat salat sunnah gerhana Matahari sebagai imam atau makmum karena Allah SWT.”

2. Takbiratul ihram

3. Membaca doa iftitah dan dilanjutkan dengan surah Al Fatihah dengan lantang

4. Membaca surah Al-Baqarah atau surat lain dengan yang sama dibaca dengan lantang

5. Rukuk yang lama

6. Bangkit dari rukuk (i’tidal) sambil mengucapkan “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamd,”

7. Setelah i’tidal tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surah Al-Fatihah dan surat lain. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama yakni membaca surah Al-Fatihah dan surah Ali Imran

8. Rukuk kembali yang panjangnya lebih pendek dari rukuk sebelumnya

9. Bangkit dari rukuk dan i’tidal yang kedua

10. Sujud

11. Duduk di antara dua sujud

12. Sujud kedua

13. Bangkit dari sujud lalu mengerjakan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama, hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya. Pada rakaat kedua dianjurkan membaca surah An-Nisa dan surah Al-Maidah.

14. Salam

15. Dianjurkan mendengarkan 2 khutbah tausiyah

Salat gerhana bisa dilakukan oleh pria ataupun wanita. Namun, ada kebolehan bagi wanita muslim untuk mengerjakan tata cara salat gerhana Matahari maupun Bulan sendirian di rumah seperti pendapat dari Fadhilatusy Syekh Muhammad ibnu Shalih al Utsaimin dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin.

Perlu diketahui, hukum salat gerhana sendiri adalah sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dianjurkan pengerjaannya. Dengan catatan, fenomena gerhana yang dijadikan acuan dapat disaksikan langsung oleh mata telanjang bukan melalui hasil hisab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*